top of page
Search

Seandainya aku bisa berbincang denganmu, Ikan Paus



Beberapa bulan terakhir entah bagaimana saya punya urge untuk pergi ke kebun binatang. Bahkan waktu di Jogja saya sempat mengajak partner saya untuk ke Gembira Loka. Tapi batal, karena dia belum vaksin jadi nggak bisa check in (zzz). Saya merasa sedikit aneh dengan urge ini sebetulnya, karena sangat berbeda dengan misalnya "tiba-tiba" kita pengen mandi air panas atau berenang - setidaknya dua hal itu lebih masuk akal. Bisa jadi karena - pertama - saya bukan pecinta binatang. Saya nggak pernah punya hewan peliharaan, keinginan untuk pelihara sih ada tapi nggak pernah saya wujudkan. Karena saya bokek dan malas. Tapi saya nggak benci binatang, juga nggak secinta mereka yang sampai jadi member komunitas pecinta hewan, misalnya.


Kedua, saya merasa aneh bisa jadi karena kebun binatang identik dengan tempat rekreasi anak-anak. Satu-satunya solusi bagi para orang tua urban yang ingin mengenalkan binatang kepada anak-anak. Dalam konteks itu saya sudah tidak perlu pengenalan terhadap satwa. Tiga puluh empat tahun hidup, saya sudah bertemu berbagai binatang, bahkan kadang membunuh beberapa diantaranya. Yah semut, kecoa, kelabang, tikus, tukang php (eh). Yah jadi begitulah saya merasa aneh kog tiba-tiba saya ingin sekali pergi ke kebun binatang untuk lihat binatang di sana.


Setelah saya pikir-pikir - ya saya suka banget mikirin berbagai hal karena kalau nggak otak saya bisa meledak karena bosan- alasan kenapa saya ingin banget banget pergi ke kebun binatang adalah karena saya ingin "menemukan kembali" kehidupan harimau, burung, kuda nil, dkk. Saya ingin melihat mereka, mengamati, observe, lalu menemukan perspektif kehidupan yang baru dari teman-teman satu planet kita ini. Terakhir kali Saya ke kebun binatang bahkan saya sudah lupa kapan. Saya penasaran, apa yang akan otak dan batin saya katakan saat 34 tahun euis mengamati jerapah, kuda, atau pinguin?. Saya mau pengalaman real time bukan dari natgeo atau dokumenter lain. Saya ingin mencium bau tai mereka, melihat langsung mereka bergerak, saya pengen mencium bau keringat mereka kalau ada. Kalau beruntung siapa tahu saya bisa ketemu bayi kuda nil.


Saya berpikir mendalam lagi, dan mungkin akar masalahnya adalah saya bosan dengan dunia manusia yang begini-begini saja. Instagram, youtube, whatsapp text, tinder, kantor, boker, makan, tidur, repeat. Saya jadi penasaran kira-kira kehidupan seperti apa yang dijalani oleh jerapah dari bangun tidur sampai tidur lagi. Eh jerapah tidur nggak sih? ini bahkan saya nggak pernah tahu hahah. Lalu akhirnya urges saya mulai halu dan delusional. Saya mulai ingin bisa berbicara dengan binatang. Yak betapa beruntungnya Nabi Sulaiman yang punya kemampuan itu, konon. Pasti beliau jadi sangat bijak karena bisa jadi ada semut yang seperti socrates atau plato dalam perspektif kehidupan seekor semut. Mungkin betulan ada musisi seperti Alvin dalam dunia tupai. Pasti asyik bila menemukan musisi puitis berbakat seperti fiersa besari tapi dari dunia tupai. Bayangkan kita bisa berkomunikasi dengan pribadi yang gaul, cool, peace and love dari tiap binatang. Betapa perspektif kehidupan kita menjadi kaya. Eh tapi hm, atau malah bisa perang ya kita?. Entahlah.


Seandainya ada yang mau ngasih saya superpower dan bisa milih jenis power-nya, saya pasti pilih ilmu komunikasi antar binatang deh. Saya pengen ngajak ngobrol tikus-tikus - diskusi - mencari win win solution supaya mereka nggak makan-in kabel-kabel AC atau CCTV di kantor. Mungkin Saya bisa fundrising bikinin dapur umum buat para tikus di komplek kantor dengan catatan tingkat natalitas mereka dikontrol secara ketat. Saya juga ingin sharing terutama ke binatang-binatang hemaprodit. Mungkin saya mau curhat betapa rumitnya mencari pasangan untuk rekreasi dan atau reproduksi. Saya mau tanya apa mereka mau tukar sistem reproduksi dengan saya atau nggak. Dan pasti menyenangkan bisa berbincang dengan burung. Bagaimana rasanya terbang tanpa bantuan alat teknologi seperti kita. Mungkin kita akan ditertawakan oleh mereka karena nyatanya para burung lebih digdaya dari boeing dan airbus - satu ekor saja burung di udara mengenai sayap atau mesin pesawat - tamat sudah.


Yah benar spesies kita nggak se-powerfull itu. Dan rasanya sejak masuk era digital masa depan makin bisa diprediksi sehingga bagi saya dunia jadi makin membosankan. Banyak hal tidak lagi misteri ketika banyak detail bisa terlacak. Kasmaran jadi tidak seperti jaman saya SMP dulu. Kangen tinggal buka instagram, intip story. Pasangan bisa ditemukan dari swipe kanan atau simple Hi di aplikasi kencan. Di dunia binatang apakah sama atau mereka baru masuk "revolusi industri"?. Pasti menyenangkan bila saya tahu.

Juga kehidupan di dalam samudera yang luas dan pada dasarnya mengelilingi daratan yang kita tinggali. Ilmuwan kita baru bisa mengetahui 2% saja dari biota laut. Bayangkan kalau kita punya koneksi ke penghuni laut dalam macam saudara semamalia kita, ikan paus. Saya bisa ngobrol-ngobrol dengan ikan paus soal kayak apa sih kehidupan di bawah air, misalnya soal ikan hiu. Apa betul seperti "gosip" yang beredar di darat bahwa ikan hiu itu kasar, haus darah dan menakutkan?. Ya siapa tahu ternyata nggak begitu kan. Apa yang ikan-ikan betina ini rasakan saat hamil dan melahirkan di dalam air?. Karena di dunia homo sapiens juga sekarang sedang trend water birth.


Kasarnya saya jenuh dengan perspektif hidup dan kehidupan yang berasal dari homo sapiens. Sudah sedemikian besar peradaban kita hari ini sampai kita lupa diri. Lupa kalau kita berbagi planet dengan binatang lain. Akan menyenangkan mengetahui perspektif binatang lain tentang kehidupan dan peradaban planet bumi yang dikuasai homo sapiens secara absolut. Yah tapi saya tahu mustahil ya. Tapi seperti kata Pak Einstein, imajinasi itu penting. Imajinasi bahwa saya bisa berkomunikasi - berbicara - dengan hewan lain tanpa saya sadari menjadi semacam "short escape". Mungkin jauh di dalam lubuk hati, Saya merasa tenang mengetahui ada spesies lain yang bersama-sama menjadi penghuni planet bumi sehingga beban menjaga lingkungan bisa kita bagi bersama mereka, SEANDAINYA kita semua bisa saling berbicara...


Kog sampai ke imajinasi? wkwk. Binatang apa yang ingin kamu ajak bicara?.





4 views0 comments

Recent Posts

See All

Maju Kena Mundur Kena

Hidup sedang maju kena mundur kena. Saya nggak tahu dulu warkop dki bisa came up dengan kalimat ini. Tapi nggak heran sih, anggota warkop orang-orang cerdas. Mungkin mereka pernah mengalami situasi ma

Post: Blog2_Post
bottom of page