top of page
Search

Rezeki Perpisahan


ree

Hidup terlalu ribut sehingga kita luput menyadari yang berarti. Waktu melaju bak peluru yang ditembakan, membuat kita gagap mengenali yang berarti. Bahkan saat yang berarti hilang, kita terpaksa untuk lapang, karena bersedih membuat kita melambat. 


Salah satu kolega saya meninggalkan kantor hari ini. Interaksi kami sebetulnya biasa saja. Kami mengobrol seperlunya, terkadang saya menanggapi curhatannya dengan perasaan simpati sebagai sesama manusia. Komunikasi kami agak terbatas karena perbedaan bahasa, tapi kami bergaul dengan baik, menurut saya. Berdasarkan cerita-cerita kehidupan yang dia bagikan, saya bisa menangkap kolega saya ini seseorang yang berhati lembut. Meninggalkan negaranya dan pindah ke Bali, pasti tidak mudah. Dan memang di berbagai sisi, dia merasa kesulitan. Kami bekerja satu kantor cukup singkat, hanya 6 bulan saja. Kebetulan kami satu ruangan, satu meja, sehingga Saya merasa ada yang hilang saat menyadari minggu depan dia tidak akan hadir lagi di ruangan dan meja yang sama dengan Saya. Tolong jangan dulu mengartikan ada ketertarikan romantis, tidak ada. Saya hanya merasa, kehilangan. Ternyata interaksi yang tidak seberapa, namun menjadi kebiasaan (setiap hari bertemu satu ruangan selama 6 bulan) membuat kehadiran seseorang telah jadi bagian dari habit dan rutinitas bagi Saya. Saat itu hilang, ada perasaan kehilangan. Namun lebih dari itu, saya berasumsi bahwa interaksi kita dengan orang baik akan meninggalkan bekas di kalbu. Saya tidak mengenal kolega saya dengan baik, dia juga, namun saya rasa karena dia orang baik, dan saya juga bukan orang jahat, kami memiliki rasa saling respect, sehingga jiwa kami pun terhubung sebagai sesama manusia. Tentu saja ini ada level makrifat (mungkin ya?); sebuah situasi yang tidak bisa dijelaskan oleh konsep biologi atau pun neurosains. Saya bukan tipe orang yang invest terlalu banyak waktu dan emosi dengan kolega. Bagi saya, kantor adalah tempat bekerja dan kolega bukan teman. Hubungan kami profesional, bukan emosional. Namun yah, kita semua manusia. Saat pindah kantor pertama kali, saya tetap merasa kehilangan rutinitas dan interaksi dengan kolega. Saat kena layoff saya juga sedih. Saat ada kolega yang pindah, saya juga sedih dan kehilangan. Ternyata perasaan ini manusiawi ya. 


Kepindahan salah satu kolega satu meja baru-baru ini menyadarkan saya, bahwa setiap momen itu berharga bahkan momen yang terjadi di tempat kerja. Tidak ada interaksi yang remeh dan cuma-cuma. Setiap interaksi meninggalkan bekas. Seringkali karena kita terlalu sibuk dan berorientasi pada hasil dan gol, kita lupa bahwa bertemu dengan orang-orang baik di rumah, pergaulan, kantor, adalah rezeki yang tak ternilai. Saya bersyukur sempat mengenal kolega saya ini, bekerja bersama, meski kami tidak dekat, namun interaksi kami cukup membekas karena kami berbagi cerita-cerita kehidupan. Semoga kita semua berada dalam lindungan semesta, diberkahi rezeki dengan terus dikelilingi orang-orang baik dimanapun kita berada. Dan semoga jiwa-jiwa dan batin-batin baik hati ini selalu dihubungkan oleh semesta, Amin..



 
 
 

Comments


Post: Blog2_Post

Subscribe Form

Thanks for submitting!

  • Instagram
  • Facebook

©2020 by A Slice Of Live. Proudly created with Wix.com

bottom of page