top of page
Search

Hidup Kita dalam Algoritma




Sejak era sosial media, ada satu 'hantu' (maap ini istilah yang saya ciptakan sendiri) yang menonton, mengawasi, menganalisa Saya-kalian-kita 24 jam sehari. Saya tahu hantu ini ada, sering terbesit rasa ngeri ketika keberadaan dia Saya saksikan di keseharian. Namun traffic timeline sosial media selalu membuat saya terlupa bahwa hantu ini ada di situ mengawasi. Hantu yang diam-diam menganalisa karakter dan emosi saya melalui aktivitas keseharian. Apa yang saya belanjakan akhir-akhir ini, genre film apa yang paling sering saya tonton, selera fashion saya, tipikal cafe yang saya senang kunjungi, sampai berapa kali dalam sebulan saya melakukan Tinder date. Yep dia tahu, hantu itu tahu. Hantu itu adalah, algoritma.


Saya nggak bermaksud untuk jadi manusia super parno seperti member okultism yang curiga kiamat akan datang melalui tanda-tanda tertentu. Algoritma komputer tidak berada di wilayah religius spiritual, "hantu" ini berada di wilayah sains. Tapi justru karena algoritma komputer itu "hantu" yang bisa diverifikasi, makanya ini jadi menakutkan. Namanya hantu, ya dia (algoritma komputer) senyap-senyap aja gitu. Nggak nampak, kagak bersuara, kagak nakut-nakutin juga, tapi yang namanya hantu dia punya kekuatan untuk mengontrol pikiran. Yak, kita bisa kesurupan sih kalau nggak sadar dan hati-hati.


Biar saya nggak dikatain gila nih. Saya mau coba membuktikan eksistensi hantu algoritma komputer ini. Meski saya yakin kita semua mah udah banyak yang sadar dan tahu. Sering nggak pas kita lagi googling merk toner baru atau cari-cari warna lipstick yang pas buat kondangan. Terus setelahnya saat kita buka instagram, facebook, dan mbah Google lagi semua advertisement yang ada di sana tiba-tiba tentang beragam toner dan make up. Yah itulah bukti kerjaan si hantu algoritma ini. Si hantu ini diam-diam memperlajari perilaku kita, apa yang kita mau, yang kita cari dan yang kita inginkan. Tapi maap nih jodoh sih enggak ya, masih lebih hebat mbah dukun sih buat nyari jodoh timbang algoritma. Eh ya tapi ada hantu algoritma juga sih di aplikasi pencari jodoh yah wkwk.


Yah jadi gitu, intinya si hantu algoritma komputer ini diam-diam menonton dan menganalisa perilaku kita tiap detik tiap hari. Buat saya nih ya di situ ngerinya. Bok almarhum Stephen Hawking udah memeringati kita bertahun-tahun lalu mengenai bahaya kecerdasan buatan. Dan kita nggak peduli aja gitu, sibuk nyari cara buat jadi selebgram dan youtuber. Banyak tv show yang menggambarkan betapa kecerdasan buatan bisa mengantar kita pada sebuah kengerian situasi. Tapi yah gimana saya juga selalu terlena oleh belaian drama korea. Filsafat kontemporer juga memasukkan kecerdasan buatan sebagai salah satu unsur potensial penyebab global catastrophic risk.


Tapi yah gimana, namanya hantu kan nggak keliatan. Semua ancaman yang nggak terlihat itu membuat kita tidak merasa terancam wkwk. Persis seperti pandemi yang sekarang kita alami. Udah lama ilmuwan memeringati bahaya penyebaran zoonotic desease dan mutasi virus yang bisa menjadi penyebab punahnya populasi homo sapiens. Tapi kita nggak peduli sampai pandemi Korona terjadi dan kita baru nyaho. Hmm apakah hal yang sama akan terjadi di masa depan dengan kecerdasan buatan? pasti. Pasti akan ada global catastrophic dari kecerdasan buatan suatu saat nanti di masa depan. Be ready guys.


Kadang saat sedang waras saya mikir mau pindah aja ke pulau terpencil dekat Islandia, atau ke desa di daerah Uttarakand atau Himachal Pradesh di India Utara. Sinyal ada tapi terbatas, dan saya pasti sudah cukup puas dengan suasana desa sehingga nggak butuh ingin tahu apa yang terjadi di lini masa. Rasanya ngeri perilaku saya setiap hari dinilai dan dipelajari oleh pihak ketiga, diolah menjadi data dan bukan saya pemegang kontrol atas data saya sendiri. Kita nggak pernah tau di tangan seperti apa data dan informasi perilaku kita berada. Saya takut jika tiba-tiba identitas saya dipakai untuk hutang ratusan juta, atau dijual ke mafia, atau tiba-tiba saya dikloning, ah liuer mikirinnya. Begitu pun, saya masih loh haha hihi di instagram tiap hari. Pasangan (saat tulisan ini dipost sudah mantan, oke sip) saya warga negara Jerman, dia sama sekali nggak mau fotonya terpampang di sosial media. Saya baca memang Jerman salah satu negara yang kesadaran akan bahaya kecerdasan buatan cukup tinggi, 30%. Kita? hm yuk foto-foto dan posting. Syukur-syukur dapet endorse. Ini saya ngomongin diri sendiri, kalau kelean ngerasa ya berarti mungkin itu rasa yang dulu pernah ada wkwkwk.


Bahaya yang nyata terpapar manja di hadapan mata lagi yaitu si hantu ini punya power untuk mengontrol pikiran. Algoritma akan 'memotret' emosi kita melalui aktivitas kita di dunia digital. Satu dua kali kita mengklik utas tentang celana kolor warna kuning misalnya, selanjutnya akan muncul terus berbagai utas tentang celana kolor. Atau celana warna kuning meski bukan kolor. Ibaratnya seandainya si hantu ini bisa ngomong dialognya akan begini "hm ini anak cari celana, model kolor, warna kuning. Yuk gas kasih dia liat beragam model kolor, warna kolor, dan beragam warna celana. Pokoknya keywords-nya celana, kuning, kolor".


Di saat kebanyakan dari kita sulit memahami perilaku gebetan, hantu algoritma ini lus-mulus memahami perilaku jutaan manusia. Sekarang ini bila perilaku konsumerisme makin merajalela ya si hantu algoritma ini juga punya andil. Tiap orang suka barang bagus, ini hanya satu kali. Tapi berkat si hantu ini, tiap detik selama 24 jam kita diperlihatkan jutaan barang bagus, jutaan persona. Ya wajar kalau jadi makin susah mengontrol pikiran dan emosi. Susah jadi manusia modern. Emosi kita bukan hanya dipermainkan oleh gebetan, tapi juga algortima komputer.


Baiklah yorobunn...sekian dulu ngigo saya hari ini. Tulisan ini minim data, hanya bacotan di kepala Saya yang coba dirapihkan dan tuangkan dalam paragraf. Bila ada informasi yang salah mohon dikoreksi.


Di tengah belaian manja drama korea dan pelukan hangat impian menjadi selebgram, yuk tambah-tambahin baca supaya tetap punya kesadaran dan mawas diri. Tapi serius dah pertimbangkan untuk pindah ke pulau terpencil suatu saat. Stay safe everyone :)









1 view0 comments

Recent Posts

See All

Maju Kena Mundur Kena

Hidup sedang maju kena mundur kena. Saya nggak tahu dulu warkop dki bisa came up dengan kalimat ini. Tapi nggak heran sih, anggota warkop orang-orang cerdas. Mungkin mereka pernah mengalami situasi ma

Post: Blog2_Post
bottom of page