Bulan November 2020. Tepat setahun pandemik Korona melanda planet bumi. We do have progress, some good news and bad news. Tapi yang jelas seperti yang kita tahu, kita masih struggle hingga hari ini. Minggu lalu Denmark mengumumkan penemuan mutasi virus Korona pada hewan cerpelai. Kabar baiknya beberapa negara sudah mulai melakukan proses uji coba vaksin, Indonesia termasuk salah satu diantaranya. Kondisi kita tidak bagus. Angka penularan masih tinggi, ekonomi lesu, rawan resesi, PHK tidak bisa dihindari. Bahkan beberapa perusahaan internasional mengumumkan menutup operasional mereka di Indonesia bulan lalu.
Tapi kita tidak sendirian. Laporan Bank Dunia mencatat tahun ini ekonomi dunai menurun hingga di angka 5,2% terendah setelah perang dunia kedua. Ditambah dengan gelombang PHK di banyak negara, Bank Dunia memprediksi jutaan orang akan mengalami kemiskinan ekstrim tahun ini. Sebuah realita yang menyayat hati meski hanya sekedar membacanya saja. At some point bagi Saya pribadi, kemunduran ekonomi ini jauh lebih menakutkan dibanding terinfeksi virus. Saya beruntung masih bekerja, masih terima full salary. Tapi itu hingga saat ini. Bila ekonomi makin terperosok, apa Saya juga akan kena PHK?. Membayangkannya saja tenggorokan Saya sakit. (https://www.worldbank.org/en/news/press-release/2020/06/08/covid-19-to-plunge-global-economy-into-worst-recession-since-world-war-ii)
Tinggal di Bali, Saya menyaksikan pandemik Korona lebih mengakibatkan penderitaan ekonomi dibandingkan kepanikan keselamatan. Tumpuan ekonomi Bali adalah tourism. Hampir seluruh sektor bisnis di Bali bertumpu pada tourism. Hospitality, transportasi, jasa, finance. Para penduduk lokal yang Saya ajak berbicara menyatakan dampak ekonomi yang mereka tanggung tahun ini lebih parah dibandingkan dengan after effect Bali Bombing dulu. Banyak dari mereka kehilangan modal (mobil) karena ditarik oleh leasing akibat gagal bayar. Nasib para pebisnis kuliner pun tak jauh lebih baik. Dari pemilik restoran hingga warung pinggir pantai. Saya melihat sendiri banyak warung pantai - yang salah satunya langganan Saya- tutup. Bali is suffering and this time is the worst than ever.
Ratapan ekonomi ini dirasakan merata juga oleh negara-negara maju seperti di daratan Eropa, Jepang, US. Perlambatan ekonomi dan resiko resesi ini makin lama membuat optimisme Saya muram. Bagaimana planet ini akan bangkit, berapa lama waktu yang kita butuhkan?, apakah bisa terjadi chaos?. Macam-macam sudah pikiran Saya. Apalagi ketika Saya membaca berita Bu Menteri Sri Mulyani sedang menelusuri aset-aset pemerintah rezim orba. Makin pucat kesadaran Saya. Apakah negara sudah akan kehabisan cash? apakah kita akan jatuh ke masa krisis?.
Mumet bila memikirkan itu semua. Padahal masalah Saya sendiri juga sudah bikin puyeng. Tapi bukankah beralasan?. Bila mengingat jejaring kehidupan dan menyadari dimana posisi Saya dalam jejaring itu, posisi Saya sangat tidak bagus. Kelangsungan hidup Saya bergantung pada bagaimana sistem dan situasi tatanan global bekerja. Saya tidak berdiri sendiri, negara Saya juga tidak. Bila ekonomi dunia lesu, kesejahteraan Saya juga terancam. Bila ekonomi tidak sejahtera, akan banyak kesulitan. Itu artinya kesempatan Saya untuk merasakan ketenangan hidup makin berkurang. Ujung-unjungnya jadi kurang bahagia.
Bahagia memang tidak sama dengan uang. Tapi tanpa uang yang cukup, kita akan punya banyak keterbatasan dan itu menyakitkan. Tapi in the end karena Saya hanya rakyat jelata tanpa kuasa, ya Saya cuma bisa cemas saja. Cuma bisa berharap semoga para pejabat dunia dan negara Saya bisa menyelamatkan planet ini. Kita bisa sehat dan sejahtera kembali seperti sebelum pandemi ini terjadi.
Kabar Saya ya begini. Sedang cemas, sedang kalut. Cemas pada situasi global, kalut oleh persoalan pribadi yang anehnya makin tua makin banyak yang jadi persoalan. Tahun ini hubungan Saya kandas (hm) dan seharusnya Saya mulai berkencan lagi. Tapi ya Saya tidak seberani itu untuk berkencan di situasi ini. Honestly its been worse for me since the pandemic (or before?) but I know I must survive no matter what. Planet ini adalah tempat pertarungan yang tidak pernah selesai. Bahkan mungkin saat seluruh spesies di planet ini musnah, kehidupan baru akan muncul and new struggling live would begin. This is no ending battle and we are not going to give up!.
Jadi apa kabar kamu, Cinta?. Apapun situasimu, bertahanlah.
Opmerkingen