“Aja moyok mbokan ngoyok”
Adalah ungkapan peribahasa (atau semacam quote) dalam Bahasa Jawa yang artinya kurang lebih yaitu “jangan menghina siapa tahu jatuh cinta nanti”. Saya mendengar quote ini pertama kali dari Bapak sewaktu Saya SD. Bapak Saya memang suka dengan filsafat Jawa. Ada banyak nasihat yang diberikan ke Saya dalam bentuk quote-quote Jawa seperti tadi.
Saya akui tujuan Bapak Saya menasehati dengan cara ini berhasil. Saya ingat sampai sekarang beragam quote Jawa yang entah kenapa memorable dan maknanya mendalam. Saya sendiri juga sangat menyukasi filsafat Jawa. Kadang sampai di tahap yang Saya khawatir sudah menyeberangi batas chauvinis. Tapi memang untuk Saya, wisdom dari falsafah hidup orang Jawa itu adiluhung.
Tapi kali ini Saya lagi nggak membahas filsafat Jawa. Seperti yang sudah Saya akui di judul tulisan ini, Saya fans kangen band sekaligus fans mantan vokalisnya, si Babang tamvan Andhika Mahesa. Saya follow Instagram dia, Saya sering banget memutar video live performance si Babang untuk menemani workout.
Terus kenapa penting banget sampai ditulis di Blog segala?. Ya benar. Karena dulu Saya antipati dengan packaging Kangen Band sehingga Saya gengsi mengakui bahwa lagu-lagu mereka enak didengar. Saya ingat album Kangen Band pertama keluar sekitar tahun 2008. Saat itu Saya masih jadi mahasiswa pendidikan, berjilbab, aktif di organisasi. Saya nggak banyak mendengarkan musik karena takut dosa (maklum masih akhwat waktu itu). Tapi batin mah suka aslinya saat mendengar lagu band-band besar kayak Peter pan, Slank, Ada band, yang menurut Saya cukup classy lah saat itu.
Nah Kangen Band ini juga sebetulnya digandrungi teman-teman kost (saya kost di kost umum bukan akhwat). Waktu mendengar lagu mereka di radio kesan pertama Saya, hm lagunya easy listening tapi liriknya Big No. Waktu nonton mereka di TV kesan Saya, astagfirullah gimana ceritanya sih mereka bisa jadi artis. Kejam ya, padahal Saya juga nggak cakep. Terus yasudah, Saya ikut masuk ke dalam barisan rangorang yang geli dengan model rambut Babang tamvan. Selain tampilan personel, Saya jujur malas dengan lirik lagu Kangen Band. Apaan sih melo banget, alay.. gitu di benak Saya. Garang banget dulu diriku, sok sok aktivis.
Saya lupa kapan tepatnya padangan Saya tehadap Kangen Band berubah. Belum lama sebenarnya, mungkin dua tahun belakangan setelah Saya pindah ke Bali. Saya nggak sengaja menonton video youtube si Babang Tamvan bernyanyi live di Jogja. Dalam pikiran Saya, eh buset kog bagus ya kalau nyanyi live. Awalnya nggak sengaja jadi keterusan. Anehnya waktu Saya dengarkan di waktu sekarang Saya merasa liriknya nggak sejelek yang Saya pikirkan dulu. Menurut Saya Dodi oke lah sebagai pencipta lagu. Si Babang Tamvan juga suaranya makin matang. Dulu Saya moyok sekarang ngoyok.
Tapi perubahan pandangan Saya ke Kangen Band juga ada kaitannya dengan pertumbuhan pribadi Saya sebagai manusia dewasa. Dua tahun lalu Saya sampai di usia 30 tahun. Sepertinya setelah memasuki usia 30, ego Saya sudah banyak yang rontok. HAHA. Saya sudah selesai dengan diri sendiri, Saya sudah tidak butuh banyak validasi dari orang lain. Saya jadi lebih berani terbuka, grounded, dan lebih ingin jujur terhadap diri sendiri. Saya ingin menerima diri sendiri seutuhnya tanpa mencela apa pun yang Saya suka dan inginkan.
Jadi sebetulnya menjadi fans Kangen Band (akhirnya ngaku, legaaa) hanya salah satu layer saja dari diri Saya yang ingin Saya akui. Ada banyak layer dalam diri Saya yang dulu Saya sembunyikan karena gengsi, takut dibilang nggak asik, nggak keren, dll. Dan itu melelahkan. Kenapa kita harus selalu berbohong dan berpura-pura demi sebuah pengakuan?. Kenapa kita harus terus menekan kesenangan diri demi memenuhi ekspektasi orang lain?. Jiwa kita lelah terus menerus melakukan itu. Kita tidak layak terus menerus tidak bahagia demi orang lain.
Memang benar selera musik bisa diklasifikasi. Saya nggak heran karena kehidupan sosial kita memang hierarkis. Semua hal akan selalu terbagai dalam kategori-kategori dan nilai-nilai yang berbeda, vertikal horizontal. Ini sudah sunatullah. Yah kalau ada yang bilang penyuka musik Kangen Band itu selera musiknya rendahan, Saya sih terima saja. Mungkin memang disitu tempat selera Saya berada.
Namun ada satu hal yang menjadi benang merah bagi semua penikmat musik. Tidak peduli penyuka Kangen Band, Slank, bahkan Payung Teduh atau Barasuara. Yaitu kesenangan dan rasa bahagia saat mendengarkan musik. Saya hanya penikmat musik, urusan Saya saat mendengarkan musik adalah untuk mendapatkan hiburan, perasaan relax, dan mood yang baik. Dan melalui Kangen Band, Saya bisa mendapatkan itu. So that’s it.
Dan Saya juga jadi belajar fair. Saya sering sebal bila dinilai dari penampilan fisik saja. Padahal itu yang dulu Saya lakukan ke personil Kangan Band. Kalau Saya mau orang lain menilai Saya adil, Saya juga harus begitu terhadap orang lain.
Jujurlah terhadap diri sendiri, nikmati musik kamu, dan berbahagialah. Gengsi nggak akan mengantar kamu kemana pun. Ingat, aja moyok mbokan ngoyok.
Comentários