top of page
Search

"Mistis"



Disclaimer
Ini cerita "mistis" bukan cerita hantu.

Oke. Jadi satu sore, dua hari yang lalu tepatnya. Selesai jam kantor, saya nggak langsung pulang ke kost. Saya sengaja putar-putar jalanan Denpasar sambil cari makan. Niatnya ngilangin penat karena sudah dua minggu join di tiga kelas online yang berbeda. Banyak materi yang harus dipelajari, belum pekerjaan, juga beban finansial. Jadi hari itu sejak pagi di kantor, kepala saya pusing. Makanya setelah jam kantor saya udah niatin jalan-jalan dulu sambil jajan haha.


Akhirnya saya putuskan jajan pempek cireng wkwk. Kayaknya makan makanan pedes renyah asin bisa nih buat release emosi. Saya order untuk take away dan langsung pulang ke kost. Sampai kosan, udah lepas maghrib mungkin sekitar jam 6 lebih. Kamar saya ada di lantai dua. Tangga untuk ke lantai dua nggak jauh dari halaman parkir. Hanya saja, seringnya gelap karena entah kenapa Ibu Kost jarang menyalakan lampu di area tangga. Tapi saat itu sebetulnya langit masih terang. Di Bali cahaya matahari bisa bertahan sampai jam 7 malam sebelum benar-benar tenggelam.


Saat saya pulang kondisi kosan sepi. Bukan sepi dalam arti nggak ada orang sama sekali sih. Karena di halaman parkir ada banyak motor. Asumsi saya, teman-teman kost ada di rumah tapi mereka ada di kamar masing-masing. Jadi saat itu di halaman hanya ada Saya. Waktu saya mau naik tangga, entah kenapa saya dapat insting aneh. Insting yang mendadak datang, mungkin persis seperti insting yang dirasakan hewan saat ada predator yang diam-diam mengintai.


Tapi yaudah saya nggak suspect apa-apa karena ya memangnya apa yang mau terjadi?. Tiba-tiba ada macan atau begal gitu, ya nggak mungkin. Karena lingkungan kost saya ini termasuk aman. 5 tahun saya hidup di Bali, jarang ada kost kemalingan. Jadi saya lanjut aja jalan, naik tangga. Tangga di kosan nggak terlalu tinggi, hanya ada 12 anak tangga saja. Setelah saya sampai di dua anak tangga terakhir, saya denger ada suara kaki naik ke tangga. Anehnya hanya ada bunyi satu langkah kaki aja tapi keras banget sampai saya noleh ke belakang sekilas... tapi lalu saya langsung belok kanan ke arah kamar. Sampai di depan pintu kamar saya nggak langsung masuk. Entah kenapa insting saya seolah bilang "sek tunggu sek is jangan langsung masuk". Jadi saya tunggu di depan kamar, saya mau lihat siapa sih yang di belakang saya tadi. Suara langkah kakinya keras banget, tapi cuma satu langkah...kayak nggak wajar aja. Saya tunggu, tapi nggak ada seorang pun muncul. Harusnya kalau ada orang lain yang jalan di belakang saya, langkah kaki selanjutnya pasti terdengar dan orang itu akan muncul di ujung tangga yang langsung menuju koridor lantai dua. Tapi ini nggak ada siapa-siapa woy.


Sesaat saya terpatung, merinding, karena ingat sewaktu masih di tangga, dan saya noleh ke belakang sekilas, ujung mata saya menangkap gambaran sesuatu berwarna coklat. Se su a tu berwarna coklat dan besar. Detik itu juga saya merinding dan akhirnya saya putuskan untuk cepat-cepat masuk kamar dan nggak keluar lagi sampai keesokan paginya wkwk. Jujur ya, setelah di dalam kamar pun Saya masih merinding. Saya sungguhan dengar dengan jelas ada suara kaki naik, pijakannya kuat sampai terdengar seperti hentakan. Dan ekor mata Saya melihat ada sesuatu (bukan hanya bayangan atau siluet) berwarna coklat naik.


Tapi memang setelah saya pikir-pikir, tepat setelah saya menoleh sekilas ke belakang saat di tangga itu...suara langkah kakinya nggak terdengar lagi. Karena merinding tapi penasaran, saya kirim wa ke Ibu Kost dan cerita pengalaman tadi. Ibu kost menuturkan menurut versi beliau, di tangga memang ada banyak "anak-anak". "Tapi mereka baik kog mba euis, nggak pernah ganggu". Oke, baiklah... tapi Ibu Kost yang udah kenal baik dengan saya punya inisiatif untuk membuka CCTV. Karena saya bilang ke Ibu Kost mungkin saja itu Kobe, anjing tetangga depan kosan yang memang suka keluar masuk kos tiap pintu gerbang dibuka.


Kobe dan Keni, dua anjing tetangga ini berbadan besar dan bulunya berwarna coklat. Ya bisa jadi mereka kan.. jangan seneng dulu saya ketemu hantu wkwk. Meskipun kurang masuk akal juga sih hentakan kaki Kobe atau Keni bisa sekeras itu. Tapi kan siapa tahu, ya to. Saya sampaikan jam saat saya pulang ke Ibu Kost, beliau cek CCTV dan memang cuma terekam sejak jam 6-7 malam hanya ada saya yang terekam di CCTV. Glek. Mungkinkah saya halu?.


Yang paling membuat saya khawatir sih sebenernya saya takut nggak bisa tidur karena merinding hahah. Saya bukan takut setan, tapi saya takut saya nggak bisa tidur karena ketakutan wkwk ya gitu deh. Saya pikir malem itu saya akan nggak bisa tidur. Eh taunya saya malah ketiduran saat lagi masuk kelas online kedua wkwk. Bangun-bangun sudah jam 5 subuh. Saat bangun saya mikir lagi "gile yang kemarin apaan dah".


Jujur ini bukan pertama kali saya mengalami kejadian yang nggak masuk akal. Kejadian tangga kosan di Bali ini mungkin sudah yang ke 4 atau 5. Dan semuanya di kos-kosan. Entah kenapa. Tapi seperti disclaimer di atas, saya skeptis yang bersinggungan dengan saya di semua kejadian itu adalah hantu. Hantu seperti konsep yang diketahui dan dipercaya orang pada umumnya. Misalnya ada perempuan hamil lalu meninggal dan menjadi kuntilanak. Bahwa ada ruh dalam homo sapien, dan karena beberapa alasan ada ruh-ruh yang tetap tinggal di dunia -setelah fisiknya mati- lalu menjadi hantu dan sering menjahili homo sapien yang masih hidup. Jujur sulit buat Saya untuk nggak skeptis terhadap konsep ini.


Tapi iya, saya setuju jika dikatakan saya mungkin bersinggungan dengan makhluk "ghaib". Ya definisi ghaib kan tidak kasat mata ya. Meskipun kalau bersinggungan ya berarti antara kita dengan mereka yang ghaib ini... ada interaksi. Like I was somehow sensing them. Nah bagi Saya, ini yang menarik. Bagaimana tiba-tiba kita para homo sapien ini somehow sensing "hal-hal" seperti itu?. Ini menarik karena.... oke, untuk yang percaya konsep ruh, akan mengidentifikasi yang ghaib mungkin sebagai hantu gentayangan. Atau juga jin, yang memang ada dalam keyakinan agama abrahamik.


Bagi saya pribadi yang tidak mengikuti konsep ruh dsb, ya tentu saya nggak punya tool untuk mengidentifikasi "mereka yang ghaib ini". Apakah setan, apakah jin, apakah iblis? saya nggak punya paradigma atau alat apa pun untuk mengidentifikasi. Dan sebetulnya nggak penting juga sih ya untuk mengidentifikasi mereka ini apa, asalnya dari mana. Singkatnya saya nggak tahu dan nggak pengen tahu. Yahh tapi Saya tahu, yang baca tulisan ini pasti nggak mau berakhir kentang kann wkwk.


Oke, saya setuju satu hal dengan teman-teman yang percaya konsep ruh, konsep hantu, konsep jin, iblis dll. Satu hal; yaitu bahwa iya, ada kemungkinan "mereka yang ghaib - yang nggak kasat mata" itu memang ada, eksis. Ada banyak homo sapien lain yang mengalami kejadian seperti yang saya alami, kalian juga. Like you see "some things" even tho it might be vague, you heard "some things". Like I said, we somehow sense them. Nah menurut saya di sini kuncinya. Sense them. Terhadap "hal-hal ghaib" ini, kita somehow sense them itu kan occasionally not constantly. "Mereka yang ghaib" ini jelas bukan Indra, Agus, Jery, atau Mbak Tuti, juga kucing atau anjing tetangga yang bisa kita jumpai tiap saat dengan mudah, hanya dengan modal membuka mata.


Indra, Agus, Jery, Mbak tuti, Kobe dan Keni adalah makhluk-makhluk yang tinggal di dimensi yang sama dengan kita sehingga bisa kita observasi dan identifikasi dengan mudah. Semua hal yang keberadaannya satu dimensi dengan kita, bisa kita ukur dan observasi tiap saat. Bahkan angin yang bentuknya tidak bisa kita indera (nggak bisa kita pegang, lihat) tetap bisa kita ukur kecepatannya kan. Intinya saya mau bilang, semua yang ada dalam dimensi kita bisa kita sensing dengan mudah dan terukur.


Jadi logika saya sih ini ya... kalau ada "sesuatu" yang somehow ...tiba-tiba kita bisa sensing... namun lalu saat akan kita observasi (itu apa sih, siapa sih, gimana bisa muncul, dsb) eh tapi malah raib. Dan raib-nya ini juga nggak bisa kita observasi..."sesuatu" ini pindah kemana; maka satu-satunya penjelasan yang paling masuk akal bagi saya adalah "sesuatu" itu mungkin ada, tapi tidak berada dalam dimensi yang sama dengan kita sehingga for some reason (yang saya nggak tahu apa wkwk) kita bisa punya interaksi antar dimensi tapi sulit untuk verifikasi. Sekarang problemnya, apakah "sesuatu" yang ada tapi berada di dimensi lain -bukan berada di dimensi homo sapien (kita) dkk- sudah pasti jelas adalah hantu?. Hm kalau menurut Saya pribadi sih....ya belum tentu. Karena kembali lagi, hantu adalah identitas. Dan pemberian identitas itu bergantung pada keyakinan dan kepercayaan apa yang dianut. Kepercayaan mengantarkan kita semua pada kesimpulan tertentu atas sesuatu. Buat saya pribadi, sebuah kesimpulan bisa dikatakan tepat bila sudah melalui proses verifikasi yang jelas. Bukan maksudnya saya mau nantangin siapapun untuk membuktikan keberadaan hantu, saya cuma mau kasih pandangan alternatif aja sih.


Misalnya nih, ratusan tahun lalu orang-orang Skandinavia dan Jerman percaya petir terjadi karena Thor sedang memukulkan palunya. Sekarang kepercayaan itu sudah luntur karena ya kita semua tahu proses terjadinya petir secara fisika. Homo Sapien memang punya rasa ingin tahu yang tinggi sejak dulu. Tapi karena sains dan teknologi baru dikembangkan setelah spesies kita mengembangkan pertanian, nenek moyang kita di zaman dulu nggak punya alat yang cukup untuk mencari jawaban. Jadi makanya muncul banyak mitologi-mitologi.


Yang ingin saya katakan adalah bisa jadi nggak sih, apa yang kita pikir hantu, makhluk halus dsb sebetulnya adalah hal lain atau makhluk hidup lain yang tekonologi kita saat ini belum mampu mengidentifikasinya?. Bahwa semua hal yang saat ini kita labeli mistis, supernatural, kelanjutan dari proses kematian, ruh yang terperangkap, di masa depan sangat mungkin akan ditemukan penjelasan lainnya? lengkap dengan proses dan metode verifikasi yang jelas dan terukur?. Siapa tahu kan...jadi sebaiknya sih jangan selalu langsung melompat ke sebuah kesimpulan begitu saja sebelum ada bukti-bukti yang ter-verifikasi.


Jangan salah paham ya, ini saya nggak ngomongin alien atau semacamnya. Seperti yang saya bilang di atas, saya nggak tahu "mereka yang ghaib" ini apa sebetulnya wkwk. Lha orang biasa kayak saya mana tahu. Saya bukan ilmuwan, bukan indigo, saya orang biasa-biasa aja. Tapi ya memang saya mengakui beberapa kali bersinggungan dengan sesuatu yang kayaknya sih bukan dari dimensi saya. Dan menurut saya, sikap yang paling tepat adalah tetap berpikiran terbuka...ya to.


Persis seperti fakta yang satu ini: saya pernah baca bahwa saat ini ilmuwan baru bisa mengetahui dan mengidentifikasi hanya 2% saja dari biota laut. 98% sisanya belum bisa dan belum tahu. Ini juga berlaku untuk keseluruhan semesta raya nggak sih?. Kita belum tahu semua apa yang ada di planet bumi aja deh. Termasuk apakah jangan-jangan kita berbagi dimensi dengan kecerdasan lain di planet ini...? mungkin saja. Mungkin saja suatu hari teknologi kita bisa mengobservasi ini.


Apa yang bisa di-sensing oleh sains masih terbatas. Makanya jangan ngatain saya menuhankan sains ya, mana bisa? haha. Sains hanya alat yang bisa digunakan untuk mencari jawaban dari masalah yang bisa diukur, that's it. Tapi sebaliknya, tidak semua hal yang kita belum tahu jawabannya disimpulkan sebagai kehendak Tuhan, hantu, dll. Oleh karena itu menurut saya sih, sikap yang paling tepat ya biarkan pikiran kita tetap terbuka. Saya nggak mau langsung menyimpulkan. Tapi sejujurnya topik ini sangat menarik sih. Banyak yang ingin saya gali. Sekali lagi, yang ingin saya gali bukan hantunya, tapi apa sih yang terjadi kog bisa yang ada di lain dimensi tiba-tiba bisa somehow sensing each other gitu? apa sih yang terjadi?. Apa jangan-jangan ini mirip-mirip seperti di series science fiction yang kita sering tonton, misalnya stranger things gitu?. Saya lebih penasaran di sisi ininya sih. Karena ini menarik, kayaknya ke depannya saya masih akan mau tulis soal ini lagi di blog. Plus juga, saya masih ada beberapa pengalaman "mistis" lain yang saya pengen share hahaha.


Stay safe everyone. Thanks!.

10 views0 comments

Recent Posts

See All

Maju Kena Mundur Kena

Hidup sedang maju kena mundur kena. Saya nggak tahu dulu warkop dki bisa came up dengan kalimat ini. Tapi nggak heran sih, anggota warkop orang-orang cerdas. Mungkin mereka pernah mengalami situasi ma

Post: Blog2_Post
bottom of page